Apakah Sariawan Itu? Bagaimana Cara Mengatasinya?

Sariawan atau Stomatitis aphtosa  adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Beberapa faktor predisposisi terjadinya RAS (Recurent Apthous Stomatitis) oleh karena trauma, kecemasan atau stress, alergi makanan, atau perubahan hormon pada siklus menstruasi. Diagnosis lesi pada pasien ini yaitu ulser aphtosa tipe minor (diameter 2-8 mm) dan biasanya hilang secara spontan dalam waktu 10-14 hari. Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis, yaitu:

1.Stomatitis akut yang bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, pemakaian gigi palsu, pemakaian alat orthodontic dan sebagainya. Pada stomatitis  akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.

2. Stomatitis kronis yang disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Dalam keadaan ini Streptococcus Sanguis berkembang biak tidak terkendali dan berkoloni pada satu titik sehingga menyebabkan perlukaan yang disebut stomatitis aphtosa atau sariawan. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif. Biasanya daerah yang paling sering timbul stomatitis aphtosa (sariawan) ini pada daerah mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta langit-langit dalam rongga mulut.

Meskipun lesi masih terasa sakit dan secara signifikan tidak menghilang lebih dari 2 minggu. Namun immunopatogenesis pada stomatitis belum pasti, mungkin melibatkan mekanisme dari sel-sel mediator. Makrofag, mast sel dan T sel berperan dalam destruksi oral epithelium yang terjadi terus-menerus oleh karena adanya pelepasan lokal dari cytokine.

Streptoccocus Sanguis yang berperan besar sebagai penyebab sariawan atau stomatitis aphtosa merupakan anggota dari Streptococcus Alpha. Hasil penelitian drg Juni Handajani, dkk (2005) menunjukkan bahwa pasta gigi enzim mempunyai daya anti bakteri terhadap streptococcus alpha mulai konsentrasi 5%. Hasil ini dapat diartikan apabila menggunakan pasta gigi enzim yang telah bercampur dengan saliva sehingga terjadi pengenceran pastanya, maka pasta gigi enzim tersebut masih dapat berfungsi sebagai antibakteri terhadap Streptoccocus Alpha.

Prinsip kerja pasta gigi enzim adalah mengembalikan fungsi sistem alamiah peroksidase. Tiosianat sudah tersedia di dalam saliva, maka sistem enzimatik di dalam pasta gigi enzim berfungsi untuk membentuk hidrogen peroksida yang cukup untuk bereaksi dengan tiosianat agar terbentuk hipotiosianat. Enzim yang digunakan adalah amiloglucosidase (AMG) dan gluco-oxidase (GO).  Adapun proses pembentukan hidrogen peroksidanya adalah sebagai berikut : enzim amiloglucosidase memfermentasi makanan menjadi glukosa. Glukosa ditambah dengan O2 yang ada di mulut diubah menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Reaksi kedua ini menggunakan enzim gluco-oxidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan tiosianat yang sudah ada di dalam ludah akan menghasilkan hipotiosianat dan air. Hipotiosianat inilah yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri kelompok Streptococcus Alpha, yang di antaranya adalah Streptoccoccus sanguis yang berperan besar menyebabkan terjadinya sariawan.

Menggunakan pasta gigi enzim secara rutin akan mempercepat penyembuhan sariawan dan akan mencegah terjadinya kekambuhan.